Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

6 Sep 2009

Muhammad Salim (Tan U Hao) : Ujian Keimanan Seorang Muallaf

Seperti biasa setiap hari selasa malam rabu, saya mengikuti pengajian di Majelis Azzikra pimpinan Ust.H.M.Arifin Ilham. Semua acara berjalan seperti biasa mulai dari shalat magrib berjamaah di Masjid Al-amru bittakwa, kemudian menunggu waktu isya diisi pengajian oleh Asatid dari Azzikra, setelah shalat isya berjamaah kita berjalan menuju pesantren Yatamma Azzikra untuk mendengarkan ceramah oleh ustad yang setiap minggunya selalu berbeda dari luar Azzikra, ustad-ustad ini biasanya adalah ustad dari berbagai majelis atau pesantren yang diundang oleh ustad Arifin.


Tapi kali ini (4 Agustus 2009) agak sedikit berbeda dari biasanya, ustad Arifin tidak bisa hadir karena beliau menghadiri diskusi bersama para ulama membahas ajaran sesat mengenai Negara Islam Indonesia. Sebagai wakilnya pengajian di Azzikra di pandu oleh Ust.Abdul Syukur. Dan perbedaan lainnya adalah “ustad” yang berceramah di Yatamma tidak diundang dari sebuah majelis, melainkan datang sendiri ke majelis azzikra. Perjalanan panjangnya sebagai seorang muallaf telah membawa langkahnya sampai ke Azzikra malam itu.


Dia adalah Muhammad Salim (Tan U Hao) seorang tionghoa asal Madiun-Jawa Timur, nama Indonesianya sebelum islam adalah Slamet Priyanto. Karena “orang baru” dalam islam dia tidak berceramah, melainkan hanya menceritakan kisahnya setelah memeluk islam hingga dia dan keluarganya sampai di Azzikra.


Berikut ini adalah kisah perjalanannya:


Sebelum memeluk islam pada tahun 2007 lalu Muhammad Salim adalah seorang missionaries protestan,. Dia melakukan pekerjaan itu hanya karena dibayar dengan gaji yang cukup besar, bahkan seperti bisnis MLM semakin banyak ia mengkristenkan orang maka semakin tinggi bayaran dan tunjangan yang diberikan gereja padanya.


Sementara dibalik itu semua dia adalah seorang Kristen yang sangat kritis terhadap alkitab (bible), suatu hari ia pernah mengkritisi sebuah kontroversi alkitab di hadapan pastornya, dan lucunya sang pastor hanya menjawab : “sudahlah jangan banyak protes, kalu lo masih mau dibayar lo lakuin aja semua tugas lo!..ngerti!! ….”


selama kiprahnya sebagai seorang missionaries ia telah berhasil mengkristenkan lebih dari 1800 orang dengan cara-cara licik dan penuh tipu daya. Satu-satunya kegagalannya adalah ketika ia gagal mengkristenkan seorang wanita asal Pangkal Pinang yang telah dinikahinya, pada hal tujuan awalnya menikah dengan wanita itu adalah untuk mengkristenkannya.


Muhammad Salim mengakui ia masuk islam tanpa ada seorang islam pun yang mempengaruhinya, bahkan juga bukan karena istrinya yang tetap seorang muslimah. Awalnya ia hanya menemukan banyaknya kontroversi dalam alkitab, namun karena gengsinya sebagai seorang missionaries ia tak mau membukanya pada khalayak umum. Sampailah pada satu malam ia mendapat hidayah melalui sebuah mimpi. Dalam mimpi ia diperlihatkan sebuah masjid yang kecil berwarna putih dan bercahaya, ia kemudian masuki masjid itu dan melihat di dalamnya ada 7 orang yang berpakaian serba putih mengenakan sorban ala AA Gym katanya. Ia tidak mengenali ke tujuh orang itu namun kok seolah-olah akrab dengannya, salah seorang dari mereka kemudian berkata “Hei slamet kamu itu dari lahir hingga sekarang jalan mu kok gelap terus, ini adalah jalan yang terang. Tapi ingat kalau kamu mengambil jalan ini kamu akan banyak menemui cobaan dan ujian.” Kemudian ia terbangun pukul 02.10 katanya.


Setelah mimpi itu ia ingin tahu lebih banyak tentang islam dan mendatangi sebuah pesantren di Jawa Timur untuk belajar islam. Ia kemudian memutuskan untuk memeluk islam walau ia tahu semua gaji dan tunjangan yang ia terima dari gereja selama ini akan dihentikan, ia mengucapkan sahadatain di depag Madiun dan mengganti namanya dari Slamet Priyanto menjadi Muhammad salim, salah seorang pegawai depag bernama Mas’ud memberinya sebuah sajadah dan berpesan “ Pak Salim mungkin akan banyak cobaan yang akan bapak temui, tapi jangan sampai menggoyahkan keimanan bapak terhadap islam, selalu minta pertolongan pada Allah bukan pada yang lain.


Mengetahui ia telah memeluk islam, semua keluarganya meradang . Ia bersama istri dan ketiga anaknya hanya di izinkan tinggal di rumah orang tua tapi tidak boleh menggunakan fasilitas apapun, kalau mau makan tidak boleh makan keluarga, makan harus beli sendiri.


Untuk menambah pengetahuan islamnya ia belajar di sebuah pesantren di Jawa Timur


Untuk memenuhi makan keluarganya ia berjualan balon tiup busa sabun menelusuri gang demi gang, sementara istrinya membikin rempeyek untuk dijual, sering kali ia merugi dan berpuasa,karena tidak punya makanan. Walaupun semua saudara-saudaranya yang sama-sama tinggal di rumah itu makan dan tertawa bersama, ia dan keluarganya hanya bisa mendengar dari dalam kamar. Selain itu ia dan keluarganya juga terus menerus di provokasi dan di intervensi oleh saudara dan ipar-iparnya. Sementara itu anak-anaknya yang ia keluarkan dari sekolahan Kristen tidak lagi bisa bersekolah .


Waktu berlalu, ekonomi kecilnya pun kolaps di terjang badai krisis, ia tidak bisa lagi menggoreng peyek karena harga minyak goreng naik ga’ karu-karuan.


Suatu hari (kira-kira 18 hari sebelum ia sampai di azzikra) provokasi yang ia hadapi mencapai puncaknya. Ia kedengaran sedang belajar membaca Iqra’ dikamar oleh kakaknya, kemudian sang kakak menegur “kamu itu kalau mau belajar ngaji di Masjid, Jangan di rumah” karena udah ga’ tahan karena di provokasi terus-terusan ia melawan dan berkata “kamu juga jangan baca alkitab di rumah ini, kamu hanya membodohi jemaatmu”. Karena hal itu semua keluarganya marah besar, mereka mengusirnya dari rumah “ mulai hari ini kamu dan keluargamu angkat kaki dari rumah ini, Kita putus hubungan darah……..”


Ia dan istrinya keluar dari rumah itu, tujuannya adalah kerumah orang tua istrinya di Pangkal Pinang- Kepri. Karena tak punya uang ia menjual 3 potong celana jeansnya termasuk sajadah pemberian pak Mas’ud pegawai depag Madiun juga ia jual. Dengan uang itu ia tak mungkin sampai di Pangkal Pinang, makanya ia memutuskan untuk pindah dari kota ke kota lain dan ia yakin pertolongan Allah pasti datang. Kota yang ia singgahi adalah Solo, Semarang, Tegal, Cirebon hingga ia sampai di Jakarta. Ketika sampai di Solo uangnya tinggal dua puluh ribu saja kemudian ia berkenalan dengan seseorang yang menyarankannya untuk minta bantuan keberbagai pesantren dan yayasan. Begitulah Ia pindah dari kota ke kota lain dari uang yang ia peroleh dari pemberian orang yang ia kenal di jalan atau dari beberapa pesantren dan depag kota setempat. Banyak sekali kisah sedih yang ia jalani, ia berjalan dengan perut lapar dan tidur di Terminal, ia pernah berjalan seharian dari kantor ke sebuah pabrik ,kemudian ke sebuah hotel hanya untuk “gagal” menemui pimpinan PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) di sebuah kota. Bahkan ia pernah di usir oleh seorang kiyai kaya, dan sering kali ia harus melewati prosedur yang berbelit pada hal akhirnya ia hanya dikasih duit dua puluih ribu rupiah…(lumayan.) Hal ini menunjukkan betapa ummat islam sendiri sudah jarang yang mempedulikan ajaran islam yang sangat menganjurkan pemeluknya untuk menolong orang-orang yang sedang kesulitan dan membutuhkan seperti para muaallaf, dan musafir. Bahkan sering kita malah berburuk sangka ,menganggap orang yang minta sumbangan sebagai penipu.


“””Ya Allah ampuni dosa Hamba yang sering beburuk sangka, Anugerahilah Hamba kemampuan dan kemauan untuk selalu menolong orang yang sedang kesulitan…Amiinnn…!”””””


Setelah menempuh perjalanan yang jauh dan melelahklan akhirnya ia sampai di Jakarta. Seseorang yang baru saja dikenalnya di daerah Menteng-Jakpus menyarankan agar ia menuju sebuah yayasan di Kota Depok, setelah sampai di Depok Ia pun menelusuri jalan Margonda sesuai dengan petunjuk yang diberikan orang itu. Seharian berjalan ia tak menemukan alamat yang ia maksud, ia kembali ke terminal untuk istirahat dan shalat di mesjid dekat terminal. Di terminal inilah ia bertemu dengan Zaki seorang alumni pesantren Azzikra, Zaki menunjukkan kepadanya yayasan yang sedang dicarinya, dan Zaki juga menyarankan supaya menemui ust. Arifin di Majelis Azzikra di komplek Mampang Indah 2 Depok.


Dari yayasan yang seharian ia cari ia di bekali uang 150.000 rupiah dan sesuai arahan Zaki ia pun menuju majelis Azzikra. Setelah sampai di Azzikra ternyata ustad sedang berada di Medan. Ia disarankan agar pergi ke Perumahan Azzikra yang berada di Bukit Sentul-bogor, karena balik dari Medan pak ustad akan langsung ke sana, ia pun berangkat ke Sentul dan sesampainya di sana ternyata pak ustad belum kembali dari Medan.


Keesokan harinya ketika diberi tahu bahwa ustad telah datang ia langsung menemuinya di rumahnya, ia sangat terkesan dengan sambutan dan keramahan ustad. Setelah menceritakan kisahnya Pak ustad memberinya bekal dan menyarankan agar ia kembali ke Majelis Azzikra di Depok, pak ustad mengatakan bahwa di Depok ada pengajian setiap malam rabu cobalah berceramah disana. Ustad Arifin kemudian menelpon ustad Abdul Syukur agar mendampingi pak Salim selama di Depok, Pak Salim pun kembali ke Depok , dia sangat senang bisa “berceramah” kembali, karena setelah turun dari mimbar nasrani ini adalah kali pertama ia tampil bercerita di depan umum.


Setelah selesai bercerita ia kembali duduk dan memberikan microfon pada pak ustad Abdul Syukur. Ustad Syukur mengatakan bahwa semua infak yang terkumpul malam ini akan diberikan pada pak Salim sebagai tambahan bekal perjalanannya menuju Pangkal Pinang. Ustad syukur berpesan “pak Salim,, lantaran dulu bapak telah memurtadkan lebih dari 1800 orang muslim, saya harap sekarang setelah islam bapak bisa menjadi pencerah iman bagi kaum muslimin dan menyampaikan kebenaran Islam,, Bisa ya Pak…!!!” pak Salim menjawab : “” Demi Allah, saya akan menyampaikan kebenaran Islam dan saya bertekad akan mengislamkan orang melebihi jumlah yang dulu saya pernah mengkristenkan orang!!!!....”” “”Saya juga menantang debat mantan father-father saya dulu jika mereka menginginkannya””


Mendengar tekad pak Salim semua jamaah yang hadir di Azzikra serempak meneriakan Takbir “”Allahu..Akbar…… Allahu…Akbar…….””


“”Selamat datang dalam Islam pak Muhammad Salim, selamat melanjutkan perjalanan, semoga Allah selalu menyertai, dan semoga semua harapan Bapak untuk menyampaikan kebenaran islam diwujudkan Allah Azza Wajalla..Aminn…””

Syaiful Putra


Baca Selengkapnya!

Mindset revolution, kelaparan dan Dua Ucapan Selamat

Ini adalah cerita mengenai tiga hal yang terjadi dalam hidup saya, yaitu berubahnya pola pikir (mindset), kelaparan gara-gara pola pikir itu, dan akhirnya mendapat dua ucapan selamat karena saya telah lulus.


Berawal dari perkenalan saya dengan seorang teman bernama Hartono saat saya jadi karyawan kontrak di pabrik mobil terkenal asal Jepang. Hartono seorang yang sangat gila buku telah menulari saya kegilaannya.


Satu hari Hartono meminjami saya sebuah buku dahsyat berjudul Financial Revolution hasil tulisan Pa’Tung alias Tung Desem Waringin , buku yang akhirnya saya beli itu membuat dunia pikiran saya bergejolak. Dalam buku itu Pa’Tung menjelaskan perbedaan antara orang miskin dan orang kaya. Kata pa’Tung (mengutip kata gurunya; Robert T Kiyosaki dan Antony Robins)”orang miskin bekerja untuk uang sementara orang kaya punya uang yang bekerja untuknya, orang miskin merasa aman dengan gaji yang besar sementara orang kaya menikmati kebebasan financial. Hal ini jelas membuat dada saya terasa panas yang selama ini adem ayem karena memang gaji saya cukup besar walaupun sebagai karyawan kontrak. Dari situlah muncul sebuah “sumpah” dalam pikiran saya bahwa kalau kontrak kerja saya berakhir saya tidak akan mencari pekerjaan lagi, saya harus memiliki usaha sendiri.


Akhirnya Allah benar-benar “mengabulkannya”. Akhir tahun 2008 Saya yang masih memiliki sisa kontrak 6 bulan tidak bisa lagi bekerja, saya bersama 600 orang teman dipaksa pulang lebih cepat karena pabrik kami mengalami penurunan produksi akibat krisis global. Alhasil, jadilah saya seorang “pengangguran sombong” yang tidak mau lagi mencari kerja. “maunya berbisnis…. Mang gampang….?? He hehe …!!”


Waktu berlalu,saya masih gitu-gitu aja alias jalan di tempat. Untuk mengisi kekosongan saya mengikuti seminar Financial revolution milik Pa’Tung (harga seminar Pa’Tung per paketnya bisa mencapai 9 juta rupiah, eiiittt…. Tapi saya hanya bayar seratus ribu saja…. Karena saya ngambil paket promosi kelas VIP.. ngirit cuyyy!!!) he he he he !!!!. Selain itu saya rutin membaca blog orang-orang hebat dari komunitas TDA favorite saya adalah blog milik Pa’ Roni Yuzirman pentolannya TDA, blog Pa’ Hadi Kuntoro , dan Pa’ Faif Yusuf penulis buku Rahasia Jadi Enterpreneur Muda. Saya juga pernah mengikuti kursus keterampilan, tapi saya hanya dapat pembelajaran alias gagal (lumayan dari pada Lu manyun..!! he he he)


Setelah cari peluang sana-sini akhirnya saya memutuskan pergi ke daerah Semper-Jakarta Utara, disana orang-orang yang mayoritas berasal dari satu kampung dengan saya memiliki usaha rumahan konveksi celana wanita dan anak-anak berbahan spandex (celana lejing). Yup…! Saya ingin belajar usaha itu (siapa tahu bisnis rumahan bisa jadi bisnis kotaan, he he he..) disana sudah ada seorang bibi yang siap jadi mentor saya.


Hari pertama belajar dimulai, disinilah sebuah ‘derita manis’ terjadi, Saya yang biasanya habis shalat subuh tidur lagi sekarang sudah ga’ bisa (ga’ masalah, mang harus gitu), pagi-pagi sekali saya harus ikut mencari bahan spandex ke daerah Duri Kosambi Jakarta barat dengan mengendarai motor. Disana para pencari bahan harus berebut menelusuri gang demi gang, bertanya dari rumah ke rumah orang China untuk mendapatkan bahan spandex murah sisa konveksi kelas pabrikan. Saya yang belum sempat sarapan sama-sama berebut mencari bahan, karena orang baru setelah mutar sampai jam 2 siang (tetap belum sarapan) saya ‘berhasil’ dapat 15 kg spandex (sekali lagi …Lumayan dari pada LU Manyunn…?). Akhirnya saya baru bisa sarapan jam 2.15 siang (makan siang kali…!!). Bisa di bayangkan, saya yang biasanya paling lambat jam 9 pagi udah sarapan., sekarang harus mutarin kampung Duri Kosambi dengan perut kosong sampai lewat jam 2 siang, bahkan tanpa segelas teh manis panas sebelumnya.


Hal itu berlangsung hampir setiap hari, gara-gara hal ini pula semangat berbisnis saya yang tadinya menggebu jadi ciut. Saya merasa business is not my way. Saya melanggar “sumpah” saya sendiri untuk tidak mencari kerja lagi. Yup…saya kembali menulis lamaran, dan… lamaran pun terkirim (mangnya SMS???…) Menunggu panggilan saya kembali baca blog orang hebat, tapi kali ini saya tidak membaca tapi hanya meninggalkan komentar pada salah satu blog favorit saya yaitu blog Pa’Hadi. Saya bilang pada pa’Hadi bahwa saya baru saja keluar dari pekerjaan saya dan tidak mau lagi cari kerja, saya ingin jadi pengusaha seperti beliau bisa ga’ saya belajar sama bapak? (pada hal saya boong,, kan saya sudah kirim lamaran kerja).


Habis itu saya tidak pernah lagi buka-buka internet. Sepuluh hari kemudian, saya menerima dua ucapan selamat. Ucapan selamat pertama adalah pemberi tahuan bahwa saya di panggil mengikuti seleksi di sebuah perusahaan melalui sms:


selamat pelamar nomor xxxxx telah lulus screening test di xxx group, harap untuk hadir pada hari xxxxx untuk mengikuti test fisik di xxx group jl xxx Jakarta Timur. Cek e-mail anda untuk informasi selengkapnya”


Buru-buru saya membuka e-mail, ada 2 pesan baru di inbox. Satunya berisi penjelasan mengenai seleksi penerimaan saya di sebuah perusahaan, dan… yang satunya lagi dari Pa’Hadi, Yup…! ucapan selamat yang kedua datang dari Pa’Hadi:


Apa kabar Mas Syaiful,selamat anda telah lulus, selamat datang di dunia TDA, jika mau belajar mari kita sama-sama belajar, percayalah anda masih sangat muda,kesempatan anda sangat terbuka……”


Karena e-mail dari Pa’Hadi itu dunia saya kembali bergelora, jiwa ingin berbisnis saya kembali memberontak. Yup…! Saya menyimpan ucapan selamat yang pertama dan kembali belajar memulai usaha.


selalu ada harga yang menempel pada sebuah keberhasilan, harga itu berupa pengorbanan dan kerja keras. Saya percaya suatu saat semua harga yang telah dibayarkan dan pengorbanan yang diberikan akan berbuah kesuksesan”


Syaiful Putra

Baca Selengkapnya!

Tragedi Istana Pasir (Realita Dunia Para Karyawan)

Waktu kecil aku sangat suka main di kali, selain sekolah dan malam hari aku dan teman-teman sekampung selalu menghabiskan waktu di pinggir kali. Kami sangat senang karena kali di kampung kami airnya sangat jernih dan sejuk,banyak ikannya (karena ikan di kali tidak boleh ditangkap kecuali dua tahun sekali, untuk menjaga kelestarian alam), selain itu dulu waktu aku masih kecil kali di kampung kami seperti pantai karena kalinya cukup luas dan banyak pasir putihnya (tapi terakhir pasirnya ditambang dan diexploitasi oleh orang yang menurut saya tergolong serakah).


Waktu kecil kami selalu menghabiskan waktu di pinggir kali, tidak hanya anak-anak tapi orang dewasa pun sama dengan kami, bedanya hanyalah kami di sana bermain sedangkan orang dewasa bekerja, mereka bekerja di ladang yang terletak di pinggir kali, selain itu orang-orang dewasa juga ada yang ngangon (gembala) sapi dan kambing di padang rumput di pinggir kali.

Kami para anak-anak sangat senang mandi dan bermain pasir, banyak hal yang kami perbuat dengan pasir. Adakalanya kami perang bola pasir, ada juga yang menimbun badan dengan pasir, salah satu yang paling favorit adalah membuat istana pasir. Kami berlomba membuat istana pasir seindah mungkin, ada yang menghiasi istana bikinannya dengan bunga, ada yang mengukirnya (seperti relief candi). Namun istana-istana yang kami buat selalu runtuh kalau bukan karena luapan air kali, istana kami rontok karena pasirnya kering disengat matahari.


Akhir tahun 2008 aku kembali mengalami kenangan waktu kecil itu, Aku yang sedang menikmati enaknya bekerja di perusahaan besar, tiba-tiba “istana pasirku” runtuh diterjang PHK massal. Ini bukan hanya kisah saya sendiri saya yakin jutaan orang Indonesia lainnya pernah kehilangan “istana pasirnya” bahkan mungkin istana pasir mereka jauh lebih indah dari pada yang saya punya. Tragedi istana pasir ini adalah realita kehidupan para TdB (tangan di bawah), employee (kuadrant kiri) atau apalah namanya, apalgi yang kontrak.


Seperti yang dikatakan Einsten, bahwa “orang gila adalah orang yang berkali-kali melakukan hal yang sama dan mengharapkan hasil yang berbeda” . Menurut saya kalupun tidak gila saya hanya tidak ingin seperti anak kecil yang selalu berulang kali membangun istana dari pasir basah setiap kali istanya itu hancur diterjang luapan kali atau disengat panas matahari. Makanya saat “istana pasir” saya yang berwujud gaji besar dan berbagai tunjangan yang membuat saya merasa aman hancur, saya tidak mau lagi membangun istana dari pasir, saya memutuskan keluar dari zona nyaman sebagai seorang karyawan. Yup… saya memutuskan untuk memulai usaha kecil-kecilan, walaupun masa transisi ini terasa sangat berat.


Syaiful Putra

Baca Selengkapnya!

periksa Dirimu


Suatu malam seorang pemuda melihat seorang kakek sedang mengitari tiang listrik yang ada lampunya, si kakek kelihatannya sedang mencari sesuatu. Sang pemuda menghampiri kakek dan bertanya:
Pemuda : Kakek lagi ngapain malam-malam begini disini?
Kakek : Saya mencari dompet saya yang jatuh tadi.
Pemuda : Kakek yakin jatuhnya disini?
Kakek : Kaya’ nya sih ngga’ deh, tadi saya rasa jatuhnya di belakang sana.
Pemuda : trus, kenapa kakek nyarinya disini?
Kakek : Karena hanya disini tempat yang terang, di belakang sana gelap.
Pemuda : …….??????........!!!!!!!!......???????

Ilustrasi di atas sebenarnya menggambarkan ketika manusia tengah tersandung masalah selalu mencari-cari kambing hitam. Mereka sebenarnya tahu kalau mereka yang salah, tapi mereka selalu mencari penyebab lain untuk lari dari tanggung jawab. Bukannya berusaha mengoreksi kekurangan diri tetapi Mereka malah menyalahkan untuk menutupi ketidak mampuandiri nereka sendiri. Mereka menyalahkan lingkungan pada hal mereka telah dibekali kekuatan untuk mengubahnya atau keluar dari lingkungan itu. Mereka menyalahkan takdir, tidak mau introspeksi diri.
Banyak orang, mungkin sebagian besar, tidak pernah memanfaatkan kekuatan potensial di dalam kepribadian mereka sendiri.
Di dalam diri Anda terdapat sumberkekuatan yang sangat besar ; kekuatan pikiran bawah sadar, iman membebaskan kekuatan ini. Kemudian kekuatan mental, emosional, dan spiritual muncul, yang lebih besar dari sekadar cukup untuk menolak kekalahn anda.
  • Norman Vincent Peale
Obatmu ada di dalam dirimu, Namun Engkau tidak tahu. Penyakitmu dari dirimu sendiri, namun Engkau tidak melihat.
Engkaulah “kitab penjelas”, yang melaluinya huruf-huruf menampakkanyang tersembunyi.
Kau kira dirimu adalah raga kecil, padahal dunia terbesar menghampar dalam dirimu.
Kau tidak membutuhkan selain dirimu.
Jika Engkau merenungi dirimu, Engkau tidak merenung.
  • Ali Bin Abi Thalib, RA
Sering kali saat menemui masalah, orang selalu berkata “ini sudah takdir”, Pada hal sering kali masalah itu timbul karena kecerobohan kita.
Manusia Tergadai atas apa yang mereka kerjakan"

Semoga Bermanfaat
Salam Cinta Secinta-cintanya

(^_^)
Baca Selengkapnya!