Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

14 Apr 2010

Bunga Pengganti Mawar (Continuous of Mawar Hati)

“Di sela-sela hati yang luka....
Di antara tumpukkan puing-puing perasaan......
Di tengah dasar jurang kekecewaan.........
Bersama rasa cinta yang hampir hilang......
Adakah untukku sebuah jalan....?
Jalan menemukan sayang......
Atau... adakah sayang yang mampu menemaniku...?
Setelah aku mati bersama rasaku......”

Sore berawan di Jakarta, Metropolitan memasuki musim hujan. Matahari yang perkasa tak mampu mengusir mendung yang seharian menyelimuti cakrawala Ibu Kota dan sekitarnya. Dimana-mana di setiap sudut kota orang-orang sibuk membicarakan banjir yang telah menjadi “tardisi” tahunan di Jakarta.

Ciri khas Jakarta dengan panasnya matahari yang membakar telapak kaki, kali ini malah sebaliknya, Udara siang yang biasanya panas kali ini terasa begitu sejuknya.

Sore itu Seffa dan Ahmad berhenti di pinggiran jalan raya Serpong, di depan mereka terpampang tulisan “Taman Kota” BSD (Bumi Serpong Damai). setelah memarkirkan motornya mereka langsung memasuki gerbang taman dan belok kiri memasuki Jogging Track sepanjang lebih kurang 1km yang melingkari Taman.

Begitu memasuki Jogging Track Ahmad langsung lari-lari kecil, sementara Seffa tetap berjalan santai. Ia berjalan perlahan menelusuri lintasan jogging, di sepanjang lintasan terlihat para pengunjung taman yang lain juga sibuk dengan dunia masing-masing, ada yang lari-lari kecil, ada yang asyik berfoto-foto. Sementara itu di bangku-bangku yang banyak terdapat di area taman terlihat muda-mudi yang lagi asyik “bercanda” berpasangan, kebanyakan dari muda-mudi itu adalah anak-anak usia sekolah dan mahasiswa. Meskipun sore itu cuaca mendung namun kalau akhir pekan, Taman Kota BSD selalu ramai pengunjung.

Dimana-mana sore hari di akhir pekan memang waktu yang selalu ditunggu-tunggu oleh para remaja untuk menjumpai kekasihnya, mereka lebih memilih menemui pujaan hatinya dari pada berkumpul bersama orang tuanya di rumah. Mereka tidak pernah sadar bahwa sore yang mereka lewati itu akan menjadi saksi sejarah bagi mereka, mereka tidak menyadari bahwa sore itu juga akan menjadi saksi atas mereka di hadapan pengadilan Allah di akhirat kelak...(this paragraph inpired By: Habiburrahman El-Shirazhy, KCB 1).

Langit di atas sana terlihat semakin gelap, Seffa masih berjalan santai, langkahnya telah sampai di pinggir kali kecil di belakang taman. Di seberang kali Kampus Perguruan Al-Azhar BSD tampak berdiri dengan megah.

“ayo Boy...! semangat.... Boy....” Ia dikagetkan oleh Ahmad.

Ahmad telah mandi keringat, ia telah lari sebanyak dua kali keliling taman, sementara Seffa tetap berjalan santai dan tidak mempedulikan si Ahmad.

Sebenarnya bukan karena semata-mata awan gelap di sore itu yang membuat Ibu Kota terasa mendung baginya, bukan semata-mata musim hujan yang membuat ia lesu dan kehilangan semangat. Semangatnya hilang sejak sebulan yang lalu setelah ia mengetahui Shesfi gadis yang dicintainya telah dijodohkan. Sebenarnya ia telah bisa melupakan itu semua dan telah menghapus semua memorinya tentang gadis itu, namun siang itu ia baru saja menerima SMS:

“uda.... Do’ain Fi ya..., Fi udah bertunangan dan Insya Allah pertengahan tahun ini akan menikah.....”

Baginya, membaca SMS itu terasa seperti sembilu yang kembali menoreh lukanya yang belum seluruhnya terobati.

“Wahai bidadari.........
Belum terobat kelukaanku....
Kau goreskan lagi luka yang baru.... tapi....
Bagiku tak mengapa....... dan.....

Berharap engkau bahagia.....”


@@@@@@



Pagi beranjak siang, cakrawala Metropolitan tampak cerah, tidak seperti beberapa hari belakangan dimana mendung begitu akrab dengan aktifitas warga, kali ini sang mentari benar-benar menunjukkan keperkasaannya. Di angkasa sana terlihat langit Lazuardi biru begitu indah yang dihiasi sekumpulan awan putih bak kapas yang berterbangan.

Tidak hanya langit Jakarta yang cerah siang itu, Seffa yang beberapa hari terakhir tampak murung siang itu juga terlihat lebih ceria, ia tampak semangat melewati harinya. Dia tampak seperti memiliki jiwa yang baru dalam jasadnya.

Siang itu dengan penuh semangat ia mengendarai motornya menelusuri jalan raya akses sirkuit Sentul. Ia dalam perjalanan kembali ke Jakarta setelah sejak kemaren sore ia berada di Masjid Muammar Qaddafy (Qaddafy Islamic Center: QIC) yang berada di komplek Perum Bukit Azzikra Jabal Sentul Kabupaten Bogor. Ia baru saja mengikuti serangkaian acara “Zikir Akbar” bersama Ustad Arifin Ilham yang diadakan rutin setiap hari ahad pertama tiap bulan di QIC. Rangkaian acaranya dimulai dari sabtu malam minggu dengan berbagai acara religius seperti Tadarus bersama para Imam masjid dan para Hafiz, Qiyamulail bareng dan serangkaian acara mabid lainnya. Sedangkan acara tausiah dan zikir bersama dilaksanakan pada hari minggu paginya.

Tausiyah dan zikir itulah yang membuatnya jiwanya kembali hidup, dalam tausiyahnya Ustad Arifin mengatakan;

“Segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya fana. Yang kekal abadi hanyalah Allah Azza Wa Jalla.”
“tidak ada cinta yang sempurna kecuali cintanya Allah, dan yang akan diberikan nikmatnya cinta hanyalah dua orang yang saling mencintai karena Allah”
“oleh karena itu jangan terlalu berlebihan mencintai seseorang di dunia ini, karena boleh jadi besok engkau akan membencinya.”
“Jangan takut dan sedih jika ditinggal oleh seseorang yang engkau cintai, tapi takutlah jika cinta Allah yang meninggalkan engkau”

Seffa merasa mendapat mata air di tengah tandus dan gersang hatinya yang terluka. Kata-kata ustad itu baginya bagaikan seribu bunga yang tumbuh menggantikan Mawar yang layu di hatinya, ia merasa menerima cahaya di tengah kegelapan perasaannya.

Selain tausiyah pagi itu, juga ada beberapa SMS dan email dari teman-teman sekolahnya dulu yang sangat membantu dalam pemulihan semangatnya.
Kata-kata yang menjadi bunga yang bercahaya , yang mampu mengganti mawar hatinya itu di antarnya datang dari Shella yang mengatakan:
“Sabar aja Seffa, semoga ada jodoh yang indah untukmu”

Ada juga email dari Julia:
“Mekum fren, aku telah mengetahui cerita tentang kamu, saran dariku,: cinta sejati yang telah pergi kadang akan kembali. Namun jika semua telah terjadi, sayangilah yang kamu miliki hari ini....”

Melaui pembicaraan di telepon, Santi menghibur:
“Memang sulit untuk melupakan semua, dan semua itu memang tak pantas untuk dilupakan, tapi kenanglah itu semua dan jadikan pengalaman indah yang berharga di masa depan....”

Anwar Indweling teman lama waktu di SMK juga mengirim pesan berbahasa Minang:

“ baa sanak..? alah sanang hati sanak kini...? jan lo sampai mati raso dek ulah bungo satangkai, banyak bungo nan lain lai sanak..”


@@@@@@


Kini Seffa telah kembali mendapatkan jiwanya. Ia tidak mau lagi larut dalam kesediahan yang tak jelas. Ia sadar bahwa masa depannya masih panjang. Ia juga sadar bahwa ia masih memiliki tanggung jawab terhadap adiknya July, ia juga ingin membahagiakan ibunya, sebab kini hanya punya satu pintu yang terbuka untuk menuju surga-Nya yaitu ibunya.

“Ada yang hilang…… namun nafasku panjang……
Hujan dan badai akan temani aku pulang……….
Tak ku sesali yang terjadi……
Sa’at kau pergi…… seribu bunga mekar di hati……”

Seffa berusaha meyakinkan dirinya bahwa, banyak orang lain yang mengalami kisah yang lebih menyedihkan dari yang ia alami. Ia teringat kisah cinta yang sangat menyedihkan dari dua orang temannya bernama Ammar dan Rheena.

Ammar dan Rheena adalah dua orang yang pernah mengalami kisah “cinta terlerai”. Ammar pernah ditinggal menikah oleh bidadari hatinya, sedangkan Rheena juga pernah kehilangan Pangeran pujaannya karena terlerai restu orang tua sang pangeran.

Tetapi perjalanan panjang sang waktu malah mempertemukan Ammar dan Rheena dalam sebuah Cinta di kota Pekanbaru.


@@@@@@



NOTE:
Tunggu postingan selanjutnya yang akan menceritakan kisah Ammar dan Rheena, dalam judul “KEKASIH TERLERAI”

Semoga Bermanfaat,

Salam Cinta Secinta-cintanya

(^_^)
SYAIFUL PUTRA
www.syaifuljourney.blogspot.com

Artikel Terkait



Widget by Hoctro | Jack Book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Possitive coment please!